Tulisan ini adalah refleksi pribadi Program Manager KBF selama tahun 2022
Selama beberapa waktu, kami memang tidak begitu aktif di kanal-kanal media sosial kami. Akan tetapi, percayalah bahwa kami masih terus bergerak. Kadang kami berjalan. Ada masanya kami bisa berlari. Ada pula waktu-waktu ketika kami maju selangkah demi selangkah. Akan tetapi (atas izin Tuhan), kami tidak pernah (dan belum berniat untuk) menghentikan usaha-usaha untuk mencapai cita-cita kami, yaitu menghapus kesenjangan sosial di sekitar kami – sesuai dengan daya dan upaya yang kami mampu ampu.
Selama tahun 2022, dibantu oleh kolaborasi mitra-mitra kami yang luar biasa; BIMAN Foundation, Sekolah Kita Rumpin, Isbanban Foundation, dan mitra Individu di Padarincang, Kota Serang; kami terus menyalurkan beasiswa berupa uang saku bulanan yang bisa digunakan oleh siswa untuk memenuhi kebutuhannya. Sifat uang saku yang fleksibel memungkinkan siswa untuk memilih sendiri untuk apa dan bagaimana uang tersebut digunakan–yang penting, tujuannya satu: pendidikan mereka harus jalan terus dan wajib mereka nomor satukan.
Berangkat dari niat untuk tidak hanya mempertahankan, namun juga memperluas dampak yayasan, kami juga berekspansi dan menjalin kerjasama dengan mitra-mitra baru–otomatis menambah adik asuh baru–di antaranya mitra panti asuhan Nurul Qur’an di Semarang dan mitra individu di Surabaya. Dibarengi dengan banyaknya siswa-siswa–dalam asuhan mitra-mitra yang sudah ada–yang lulus dari SMA ke jenjang pendidikan lebih tinggi dan/atau bekerja, kami juga mengadakan seleksi penerima beasiswa Karsa Dana baru. Sehubungan itu, dengan suka cita kami menyambut 58 adik asuh baru. Dengan 17 murid yang sudah ada, ditambah 33 anak yang lulus SMA pada 2021 dan 2022, total penerima manfaat dari KBF telah menembus 107 murid. Apabila dibandingkan dengan yayasan-yayasan sosial lain, mungkin angka ini belum seberapa, namun kami percaya bahwa progres, sekecil apapun, pantas untuk dirayakan.
Akan tetapi, seleksi penerima beasiswa Karsa Dana sepanjang tahun ini, selain dirayakan, juga menjadi sebuah renungan. Kakak-kakak anggota KBF, juga mitra-mitra kami, berkesempatan untuk menyeleksi berbagai macam murid dari jenjang SMP hingga SMA. Ada anak-anak yang telah menetapkan cita-citanya sejak dini, bahkan telah menyusun strategi untuk mencapainya. Ada anak-anak yang go with the flow, menjalani kewajiban belajar formal sambil menerka-nerka rencana masa depan. Ada anak-anak yang turut memikul tanggung jawab dalam berbagai perkara rumah tangga termasuk mencari nafkah; ada yang keliling kota berjualan ikan cupang, pulang sekolah mesti bergegas membantu ibunya menjaga warung, menjajakan apa saja yang bisa dijual di e-commerce, dan sebagainya. Persamaannya, mereka semua datang dari keluarga-keluarga rentan. Satu-dua disrupsi dalam hidup mereka bisa mengubah keseluruhan lintasan nasib mereka, dan biasanya bukan ke arah lebih baik.
Meski tentu bukan solusi sistematis yang dapat menjawab masalah kesenjangan secara keseluruhan, beasiswa uang saku bulanan seperti Karsa Dana ditujukan persis untuk memitigasi disrupsi-disrupsi tersebut. Uang saku Rp150.000 yang bagi karyawan Ibukota mungkin cukup hanya untuk nongkrong sekali di mall, bisa membantu seorang murid di Serang untuk membeli bensin untuk motornya. Biasanya ia jarang masuk sekolah, karena motornya lebih sering kehabisan bensin ketimbang terisi. Sekarang ia berkuliah di PTN di Bandung, dan bercita-cita menjadi pengacara. Bisa juga membantu seorang murid di Depok yang bercita-cita menjadi psikolog untuk membayar SPP sekolahnya. Bisa juga membantu seorang murid di Serang untuk membuat peternakan ayam dan lele kecil-kecilan–ia berharap, suatu saat nanti, ia bisa menjadi menteri kelautan dan perikanan.
Kami juga memutuskan bahwa, per November 2022, nilai beasiswa Karsa Dana naik menjadi Rp200.000. Dengan harga kebutuhan pokok yang meninggi, biaya hidup sehari-hari, termasuk biaya terkait pendidikan, akan ikut meninggi. Kami berharap kenaikan ini bisa menjadi bantalan dari disrupsi dan ketidakpastian yang sewaktu-waktu datang. Kami berharap pula, setidaknya murid-murid dari keluarga-keluarga rentan ini bisa menyelesaikan wajib belajar 12 tahun, karena kami percaya, jika ada yang bisa memperbaiki keadaan seseorang, hal itu adalah pendidikan.
Sebagai manusia yang tinggal di Indonesia (dan sangat mungkin adalah orang Indonesia, lahir di Indonesia juga), kita tidak pernah kekurangan tantangan. Saat ini, sikap yang terus kami pegang adalah untuk bertanya: apa yang bisa kita lakukan dengan sumber daya yang kita miliki sekarang? Bagi Yayasan Karsa Bhakti, jawabannya masih sama: meneruskan apa yang selama ini kami lakukan–semoga niat ini dilancarkan dan diridai Tuhan.
Apabila kawan-kawan yang membaca hendak turut serta dalam usaha kami berkontribusi dalam mengurangi kesenjangan sosial di Indonesia, silakan hubungi kami di contact@karsabhakti.org